USD/JPY Turun di Bawah 138,50 karena Rapat Plafon Utang AS Berakhir Tanpa Kesepakatan

• USD/JPY telah merosot tajam di bawah 138,50 menyusul isyarat lemah dari Indeks Dolar AS.
• Indeks USD telah menghadapi tekanan besar karena pembicaraan plafon utang AS telah berakhir tanpa kesepakatan.
• The Fed Kashkari mengutip bahwa tidak ada cara bagi The Fed untuk melindungi ekonomi dari efek negatif dari gagal bayar.

Pasangan USD/JPY telah menghadapi tekanan jual karena pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy telah berakhir tanpa kesepakatan. Ketua DPR McCarthy menyebut pertemuan tersebut konstruktif namun kesepakatan belum tercapai. Biden AS membantah menyetujui usulan pemotongan anggaran belanja dan menyebutnya 'ekstrim' sementara Partai Republik tidak mendukung usulan pajak baru untuk masyarakat kaya.

Indeks berjangka S&P500 mengalami kenaikan yang signifikan di awal sesi Asia, menggambarkan sentimen pasar yang optimis secara keseluruhan. Profil risiko telah berubah menjadi positif sementara Indeks Dolar AS (DXY) menghadapi tekanan. Indeks USD telah menguji wilayah di bawah 103,20 karena para investor berhati-hati terhadap persetujuan kenaikan plafon utang AS dan ekonomi Amerika Serikat beringsut positif menuju gagal bayar, yang dapat memicu resesi.

Selain itu, Presiden The Fed Bank Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa tidak ada cara bagi The Fed untuk melindungi ekonomi dari dampak negatif gagal bayar. Para pengambil kebijakan The Fed tertarik untuk memberikan suara untuk jeda dalam pengetatan kebijakan oleh bank sentral tetapi belum selesai dengan kenaikan suku bunga.

Ke depannya, data awal S&P IMP AS (Mei) akan tetap menjadi sorotan. IMP Manufaktur terlihat melemah ke 50,0 dari rilis sebelumnya di 50,2. Sementara IMP Jasa diprakirakan akan tetap stabil di 53,6.

Dari sisi Yen Jepang, pemulihan yang mengejutkan dalam prospek ekonomi telah meningkatkan prospek ekonomi Jepang. Analis di UOB menyebutkan bahwa momentum pertumbuhan Jepang pada kuartal pertama Tahun Siklus 2023 lebih kuat dari prakiraan karena kami meremehkan dampak pembukaan kembali pada konsumsi swasta dan lonjakan mengejutkan dalam belanja bisnis, sementara penurunan harga komoditas membantu memangkas lebih lanjut tagihan impor yang membengkak di negara itu.