Back

USD/IDR Tenggelam, Rupiah Melesat ke 16.200-an, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus ke $3,45 Miliar

  • USD/IDR mengalami penurunan kuat hingga mencapai level 16.200-an di sesi Asia hari Senin.
  • Surplus Neraca Perdagangan Indonesia bulan Januari melebar ke ke $3,45 Miliar.
  • Para pedagang akan mencermati Keputusan Suku Bunga BI dan Risalah Rapat FOMC pada hari Rabu.

Rupiah Indonesia (IDR) melesat dengan kuat hingga ke level 16.200-an pada perdagangan sesi Asia siang ini melawan Dolar AS (USD). DXY atau Indeks Dolar AS, yang mencatat kinerja USD terhadap enam mata uang utama lainnya, terus melemah, yang kini tengah diperdagangkan 106,73. Indeks ini telah mengalami pelemahan selama dua minggu berturut-turut karena ketidakjelasan yang terus berlanjut terkait kebijakan perdagangan Gedung Putih.

Pada hari Senin, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melaporkan bahwa Surplus Neraca Perdagangan Indonesia bulan Januari meningkat ke $3,45 Miliar dibandingkan dengan $2,24 Miliar yang tercatat pada bulan Desember. Peningkatan yang luar biasa ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan impor. Sementara itu, Ekspor tercatat di 4,68%, lebih rendah dari prakiraan dan sebelumnya, yang masing-masing di 6,99% dan 4,78%. Impor tercatat lemah di -2,67% dibandingkan dengan tingkat sebelumnya di 11,07%, tingkat impor diprakirakan berada di tingkat 9,95%.

Pergerakan USD/IDR akan mengikuti pergerakan mata uang Dolar AS, di mana mata uang Paman Sam ini terus terbebani karena kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang tidak pasti, ini artinya Rupiah Indonesia berpotensi menguat.

Selain itu, sentimen di dalam negeri bisa membaik karena adanya peluang kesepakatan damai Rusia Ukraina secara geopolitik, bersama penundaan pemberlakuan tarif sampai 1 April oleh Presiden AS Donald Trump membuat pasar sedikit bernapas lega. Sentimen postif di pasar keuangan Indonesia juga didorong oleh adanya harapan pertumbuhan sektor infrastruktur dalam negeri, terutama pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertandang ke Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh Media Bisnis.

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga. Alasannya adalah ekonomi yang kuat, tingkat pengangguran yang rendah, dan inflasi yang masih di atas target 2%. Powell memperingatkan bahwa penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat menghambat kemajuan pengendalian inflasi. Ia menegaskan bahwa setiap keputusan penurunan suku bunga di masa depan akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi. 

Selanjutnya, Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia akan menjadi fokus pada hari Rabu. Di Amerika Serikat, para pedagang akan mencermati rilis Risalah Rapat FOMC dan IMP lanjutan terbaru. Komentar-komentar baru yang disampaikan para pejabat The Fed juga akan diawasi bersama dengan kejutan lainnya dari Presiden Trump yang dapat menentukan arah pergerakan pasangan mata uang USD/IDR lebih lanjut.

Indikator Ekonomi

Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan yang dirilis oleh Statistik Indonesia adalah keseimbangan antara ekspor dan impor barang dan jasa secara keseluruhan. Nilai yang positif menunjukkan surplus perdagangan, sedangkan nilai negatif menunjukkan defisit perdagangan. Jika permintaan dalam pertukaran untuk ekspor Indonesia yang stabil terlihat, Rupiah akan menerima efek positif (atau bullish), sebaliknya akan memiliki efek negatif (atau bearish).

Baca lebih lanjut

Rilis terakhir: Sen Feb 17, 2025 04.15

Frekuensi: Bulanan

Aktual: $3.45M

Konsensus: $1.91M

Sebelumnya: $2.24M

Sumber:


 

Industrial Production (YoY) Jepang Desember Tumbuh dari Sebelumnya -1.1% ke 1.6%

Industrial Production (YoY) Jepang Desember Tumbuh dari Sebelumnya -1.1% ke 1.6%
अधिक पढ़ें Previous

Harga Emas Merebut Kembali Level $2.900 di Tengah Pelemahan USD Secara Luas

Harga emas (XAU/USD) menarik beberapa pembeli turun di awal pekan baru dan memulihkan sebagian dari penurunan retracement hari Jumat dari sekitar puncak sepanjang masa. Pergerakan positif dalam perdagangan harian mengangkat komoditas ini kembali di atas level $2.900 dan didukung oleh Dolar AS (USD) yang secara umum lebih lemah. Selain itu, kekhawatiran bahwa tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump dapat meningkatkan ketegangan perdagangan global terus menguntungkan safe-haven bullion. 
अधिक पढ़ें Next