Nilai Tukar Rupiah Melemah di Atas 16.300, Pasar Tunggu Sinyal BI dan The Fed
- Rupiah diperdagangkan di 16.324 per dolar AS dan diperkirakan bergerak di kisaran 16.260-16.350 menjelang keputusan suku bunga BI dan The Fed.
- Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, mengumumkan surplus perdagangan Mei sebesar USD 4,9 miliar; namun peringatan risiko global tetap disuarakan.
- Pasar mengharapkan BI dan The Fed menahan suku bunga, mayoritas pejabat masih memprakirakan The Fed memangkas dua kali tahun ini.
Pada Rabu siang waktu Indonesia, nilai tukar Rupiah kembali melemah di atas level 16.300, kini berada di posisi 16.324 per Dolar AS (USD) di awal sesi Eropa. Pasangan mata uang USD/IDR diprakirakan bergerak di sekitar level 16.260 hingga 16.350 menjelang rilis keputusan suku bunga dari Bank Indonesia dan Federal Reserve.
Pada perdagangan sebelumnya, Rupiah sempat menguat ke 16.265, ditopang oleh aliran dana masuk yang besar dalam lelang obligasi. Namun, permintaan dari korporasi di level 16.265-16.275 serta intervensi pasar antarbank membuat kurs spot ini kembali ke 16.350 hingga penutupan.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) tercatat menguat 0,44% ke 98,57, mencerminkan sentimen global terhadap dolar menjelang pertemuan dan konferensi pers FOMC.
Tekanan Industri dan Dilema Suku Bunga di Tengah Perlambatan Global
Pada acara APBN KITA edisi bulan Juni 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa indeks PMI Manufaktur Global turun ke 49,6 pada Mei 2025, terendah sejak Desember 2024, menandakan kontraksi di 70,8% negara. Indonesia mencatat PMI 47,4, mencerminkan tekanan industri di tengah perlambatan global.
World Bank menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 menjadi 4,7%, turun 0,4 poin dari estimasi sebelumnya.
Sementara itu, ekspektasi penurunan suku bunga global tertahan akibat lonjakan harga komoditas yang dipicu perang dagang dan konflik di Timur Tengah. Bank-bank sentral kini menghadapi dilema antara menopang pertumbuhan atau mengendalikan inflasi.
Sri Mulyani: Neraca Perdagangan Masih Surplus, Tapi Risiko Eksternal Meningkat
Menteri Keuangan Indonesia mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus USD 4,9 miliar pada bulan Mei 2025. Ekspor tercatat USD 25,3 miliar dan impor sebesar USD 20,4 miliar.
"Ini menandai surplus selama lima tahun berturut-turut, dan tentu merupakan kabar baik bagi perekonomian kita. Namun, kita tetap harus waspada karena kondisi global – seperti perang dagang dan ketegangan geopolitik – dapat memengaruhi kinerja ekspor dan impor kita ke depan," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers di Jakarta.
Penjualan Ritel dan Produksi AS Melemah
Dari Amerika Serikat, Penjualan Ritel turun 0,9% pada bulan Mei menjadi USD 715,4 miliar, lebih lemah dari prakiraan penurunan 0,7%. Secara tahunan, pertumbuhan ritel melambat menjadi 3,3% dari sebelumnya 5%. Harga ekspor juga turun 0,9% secara bulanan, sementara indeks harga impor tak mengalami perubahan.
Produksi industri AS tercatat menyusut 0,2% pada bulan yang sama, lebih buruk dari ekspektasi kenaikan 0,1%. Tingkat pemanfaatan kapasitas turun menjadi 77,4% dari 77,7%, meskipun output manufaktur naik tipis 0,1%.
BI dan The Fed Diprakirakan Tahan Suku Bunga, Pasar Tunggu Sinyal Selanjutnya
Bank Indonesia diprakirakan akan menahan suku bunga acuan di level 5,5% pada pertemuan bulan Juni, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dari 5,75% pada Mei lalu.
Sementara itu Federal Reserve (The Fed) juga diproyeksikan akan menahan suku bunga pada pertemuan Rabu ini. Meski data inflasi menunjukkan pelemahan, potensi kenaikan pengangguran dan tekanan tarif membuat sikap The Fed tetap hati-hati. Mayoritas pejabat masih memprakirakan dua kali pemangkasan 25 bp tahun ini, namun beberapa mulai mempertimbangkan kemungkinan hanya satu pemangkasan. Sikap hawkish The Fed berpotensi memperkuat dolar AS lebih lanjut jika tercermin dalam dot plot dan pernyataan resmi.
Indikator Ekonomi
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia
Keputusan Tingkat Suku Bunga diumumkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan Moneter mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter suatu negara, bank sentral atau pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada hubungan antara suku bunga di mana uang dapat dipinjam dan pasokan total uang.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Rab Jun 18, 2025 07.30
Frekuensi: Tidak teratur
Konsensus: 5.5%
Sebelumnya: 5.5%
Sumber: Bank Indonesia
Indikator Ekonomi
Keputusan Suku Bunga The Fed
Federal Reserve (The Fed) berunding tentang kebijakan moneter dan membuat keputusan tentang suku bunga pada delapan pertemuan yang dijadwalkan sebelumnya per tahun. The Fed memiliki dua mandat: untuk menjaga inflasi pada 2%, dan untuk mempertahankan lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai hal ini adalah dengan menetapkan suku bunga – baik di mana The Fed meminjamkan ke perbankan dan perbankan saling meminjamkan. Jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, Dolar AS (USD) cenderung menguat karena menarik lebih banyak arus masuk modal asing. Jika The Fed memangkas suku bunga, hal ini cenderung melemahkan USD karena modal mengalir keluar ke negara-negara yang menawarkan pengembalian yang lebih tinggi. Jika suku bunga dibiarkan tidak berubah, perhatian beralih ke nada pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), dan apakah FOMC hawkish (mengharapkan suku bunga masa depan yang lebih tinggi), atau dovish (mengharapkan suku bunga masa depan yang lebih rendah).
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Rab Jun 18, 2025 18.00
Frekuensi: Tidak teratur
Konsensus: 4.5%
Sebelumnya: 4.5%
Sumber: Federal Reserve